Pada kesempatan ini kami akan ulas terkait dengan Tradisi Palang Pintu Betawi Pengikat Kesakralan Pernikahan. Palang pintu Betawi menjadi tradisi pembuka untuk pengantin pria yang hendak menikah. Keberadaanya berdasarkan atas keinginan orang tua calon mempelai wanita agar menantunya memiliki ilmu bela diri dan bisa mengaji.
Tradisi Palang Pintu Betawi Pengikat Kesakralan Pernikahan
Alasan ini menjadi tumpuan bahwa saat menentukan pilihan, tidak dapat sembarangan. Dalam pelaksanaan prosesi terdapat harapan besar bahwa pihak laki-taki adalah orang yang pandai mengaji dan bisa bela diri. Supaya kelak ketika berumah tangga, suami dapat melindungi dan membimbing keluarganya.
Pada awalnya, ragam seni dari tradisi palang pintu hanya terdiri dari pencak silat, sike, pantun, dan rebana ketimpring. Seiring perubahan zaman, terdapat penambahan beberapa hal. Sehingga dalam prosesi ini terdapat pencak silat, sike, pantun, rebana ketimpring, musik marawis, ondel-ondel, dan kembang kelape.
Penambahan beberapa kesenian di dalam tradisi yang telah ada dari zaman penjajahan ini, menjadikan fungsinya mengalami perubahan, dari hanya sebagai penyambutan bertambah menjadi penyemarak.
Namun, perubahan inilah yang menjadikan salah satu peninggalan lelehur Betawi ini tetap lestari hingga kini. Bahkan, bukan hanya menjadi bagian dalam pernikahan dari sepasang kekasih saja, tapi juga dapat masuk ke ranah-ranah acara yang bersifat umum dan dikenal luas, semisal festival budaya.
Upacara Pernikahan Adat Betawi
Prosesi palang pintu menjadi bagian yang ditunggu-tunggu setelah calon pengantin melewati beberapa tahap persiapan pernikahan sesuai ketentuan adat. Tradisi ini menjadi pelengkap saat pengantin pria yang disebut “tuan raja mude” hendak memasuki rumah pengantin wanita atau “tuan putri”.
Dalam prosesi ini, sang penjaga pintu menjadi orang yang berperan dalam berjalannya bagian ini. Selain untuk mengetahui “kualitas” dari calon menantu, tradisi palang pintu memiliki tujuan untuk kedua keluarga dapat saling mengenal satu sama lain. Pelaksanaan tradisi ini dilakukan sebelum prosesi akad nikah, yaitu ketika keluarga pria mendatangi rumah mempelai wanita.
Upacara pernikahan adat Betawi ini diawali dengan arak-arakkan dari keluarga besar calon pengantin pria menuju ke rumah mempelai wanita. Dalam rombongan panjang ini, selain terdengar suara dari iringan rebana ketimpring, barisan ini juga membawa barang yang akan digunakan sebagai seserahan, mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian. Tidak hanya itu, ada pula perlengkapan kamar pengantin menjadi bagian dalam prosesi arak-arakkan.
Prosesi Tradisi Palang Pintu
Tradisi palang pintu biasanya diawali dengan suara petasan sebagai sambutan kedatangan rombongan pengantin pria. Sambutan berlangsung sangat hangat, dari masing-masing pihak akan berdialog dengan sopan seraya bertukar salam dan saling mendoakan dalam logat betawi. Pelan-pelan situasi mulai memanas tatkala pihak dari calon pengantin perempuan menguji kesaktikan dan juga kepandaian calon menantu.
Persyaratan yang diajukan oleh penjaga pintu wanita, menjadikan pemeran utama saling beradu pantun. Pantun yang diucapkan tidak jarang mengundang gelak tawa sebab keunikan dari isinya. Selanjutnya, akan terdapat baku hantam dengan sejurus dua jurus di antara kedua penjaga pintu. Aksi silat yang dilakukan menjadi simbol akan upaya keras mempelai laki-laki untuk bisa menikahi sang wanita.
Setelah jagoan dari pihak perempuan kalah, dan habis. Keberhasilan mempelai laki-laki dalam menaklukkan palang pintu wanita, akan menadapat sambutan berupa iringan musik tabuhan khas Betawi lewat alat musik Tanjidor dan juga kelompok Marawis.
Prosesi adat palang pintu akan sedikit berbeda ketika dilaksanakan di gedung. Biasanya palang pintu akan beraksi ketika kedua mempelai hendak naik ke singgasana pelaminan. Selain itu, terdapat pula cara lain dengan mempelai wanita telah duduk di singgasana kemudian prosesi dilakukan seperti yang asli.
Makna dari Prosesi Palang Pintu
Upacara pernikahan adat dari Betawi ini memiliki makna dari setiap prosesinya, seperti ketika berpantun, memiliki harapan bahwa kelak ketika menjadi suami akan dapat membahagiakan istri dan anak-anaknya. Penggunaan pantun juga menjadi penggambaran akan bangunan penuh keceriaan dari setiap kata yang diucapkan.
Silat dalam palang pintu juga menjadi lambang seorang suami yang bisa melindungi keluarga, baik dari gangguan dalam maupun luar. Untuk keahlian dalam mambaca Alquran, menjadi simbol sang suami dapat menjadi tuntunan bagi keluarga kecilnya.
Sekian info mengenai Tradisi Palang Pintu Betawi Pengikat Kesakralan Pernikahan, kami harap artikel ini mencerahkan kalian. Mohon artikel wisata budaya betawi ini diviralkan supaya semakin banyak yang mendapatkan manfaat.
Referensi:
- Wisata Kebudayaan di Jakarta
- Menjadi Travelpreneur Sukses