
Topik kita sekarang yakni candi arimbi gerbang keraton majapahit sebelah selatan. Areal persawahan yang berudara sejuk itu mengepung tumpukan andesit berfondasi batu bata. Suasana cukup lengang, tidak banyak hiruk pikuk yang lalu lalang, sekalipun berada di sisi jalan raya Bareng-Wonosalam. Tumpukan andesit tua membisu, berdiri di antara semak-semak yang meninggi di pelataran kaki gunung Anjasmoro.
Candi Arimbi Gerbang Keraton Majapahit sebelah Selatan
Sejak berabad-abad lalu, candi itu telah kehilangan beberapa bagian dari tubuhnya. Beberapa di antaranya yang masih tersisa diletakkan di sisi kanan dan kiri bangunannya yang renta. Gurat-gurat hijau pada tubuhnya yang lembab memberi pertanda bahwa hanya rinai hujan yang mampu jadi kawan setia mengarungi masa. Barangkali juga langit biru yang kadangkala membawa ruas-ruas mentari jatuh ke atas tubuh Arimbi, nama bangunan bersejarah itu.
Catatan sejarah menuliskan tujuan pembangunannya di masa kejayaan Majapahit, yang tidak lain adalah sebagai pintu masuk dari selatan. Oleh karena itu, kini ia berdiri kokoh di antara pusaran gelombang waktu yang bisa melumatnya kapan pun. Ia ingin selalu menjadi pengabdi bagi kerajaan yang pernah menjadi penguasa bagi tanah nusantara dan sekitarnya. Meski kini tinggal nama dan beberapa bekas kerajaannya yang hanya tersisa seberapa.
Sejarah Ditemukannya Candi Arimbi
Gunung Anjasmoro tampak berbincang mesra dengan awan-awan yang menari di langit Jombang. Candi Arimbi, Ngrimbi, Rimbi, atau yang juga dikenal dengan sebutan Cungkup Pulo tampak berhias diri di bawah naungan dewa Surya. Beberapa cerita yang terpahat di tubuhnya seolah berkisah tentang bagaimana dan kapan ia dibangun di areal seluas 896,56 m2 ini.
Berada di areal persawahan membuat candi ini terlihat teduh dan rindang, sekalipun tidak ditutupi bayang-bayang pohon besar di sekitarnya. Beberapa abad silam, seorang peneliti dari Britania Raya, Alfred Wallace menemukan puing-puing bangunan purbakala saat sedang mengumpulkan aneka tumbuhan. Penemuannya ini kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah kolonial yang saat itu menduduki Jombang dan sekitarnya.
Meski saat ini hanya menyisakan sebuah bangunan tanpa atap berukuran panjang 13,24 meter, lebar 9,10 m dan tinggi l2 meter, candi yang diberi nama Arimbi atau Rimbi ini (berasal dari nama istri salah seorang anggota Pandhawa, Bima atau Werkudara) tetap tidak menghilangkan kesan magisnya.
Pembangunan Candi Arimbi
Suasana kehidupan pemeluk hindu kental terasa di bagian-bagian candi yang masih tersisa. Candi ini merupakan candi Syiwa. Hal ini dapat dilihat dari relief yang berisi ajaran Tantri yang terpahat di kaki candi. Sekilas Candi Arimbi tidak jauh beda dengan sejumlah bangunan candi yang didirikan oleh kerajaan Majapahit.
Diduga candi ini dibangun pada pertengahan abad ke-14, sebagai penghormatan kepada Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani yang memerintah Majapahit pada tahun 1329-1350. Dugaan ini didasarkan pada penemuan dua buah arca Dewi Parwati, yang diperkirakan merupakan pencerminan Dewi Tribhuwana. Kedua arca tersebut saat ini tersimpan di Museum Trowulan dan Museum Nasional.
Cerita Relief di Candi Arimbi
Pada bagian kaki candi terdapat berbagai relief yang menggambarkan manusia dan hewan. Salah satu relief unik yang ditemukan di badan candi menggambarkan sepasang manusia (pengantin) yang berada dalam sebuah gentong. Hingga sekarang belum dapat diketahui detail cerita yang digambarkan melalui relief:relief tersebut. Arca-arca Hindu juga banyak ditemukan di halaman candi.
Sayangnya, sudah tidak berada dalam kondisi utuh, bahkan beberapa di antaranya hanya menyisakan potongan anggota badan dan kaki. Hal lain yang bisa ditemukan di candi ini adalah adanya pahatan kala yang juga terdapat pada bangunan-bangunan gerbang atau pintu masuk gaya klasik Hindu pada zaman dahulu. Inilah yang memperkuat dugaan bahwa candi Arimbi difungsikan sebagai gerbang masuk dari selatan menuju Keraton Majapahit di Mojokerto.
Rute ke Candi Arimbi
Akses menuju candi Arimbi terbilang sangat mudah Apabila pengunjung bertolak dari Jombang, Candi Rimbi dapat dijangkau dengan beberapa alternatif rute. Rute pertama yang bisa ditempuh adalah dari Jombang menuju Diwek. Ketika sampai pertigaan Cukir ke kiri, arahkan kemudi ke Mojowarno. Setelah sampai ke ruas jalan Bareng-Wonosalam, pelankan laju kendaraan ketika sampai di Pulosari.
Rute lainnya adalah dari Jombang menuju ke Peterongan. Setelah sampai di sana, arahkan kemudi ke Mojoagung. Setelah sampai Mojoagung bergerak menuju Mojowarno. Setelah sampai di jalan Bareng-Wonosalam, pelankan laju saat hampir sampai di Pulosari. Di lokasi itulah, candi Arimbi berada.
Mengunjungi candi Arimbi akan membawa pengunjung ke suasana kerajaan nusantara tempo dulu. Bagi wisatawan yang tertarik dengan wisata bersejarah, candi ini sangat direkomendasikan. Selain itu, tidak dipatoknya tiket masuk ke candi ini menjadi poin tambahan bagi wisatawan yang ingin melancong dengan akomodasi yang murah meriah. Bagaimana? Tertarik berkunjung ke gerbang Majapahit di selatan ini?
Demikian informasi seputar candi arimbi gerbang keraton majapahit sebelah selatan, semoga postingan kali ini membantu teman-teman semua. Kami berharap postingan wisata candi sejarah di Jawa Timur ini disebarluaskan biar semakin banyak yang mendapatkan manfaat.
Referensi:
- Wisata Candi di Jawa Timur
- Menjadi Travelpreneur Sukses
