Pembahasan kita kali ini adalah [permalink]Menjaga Keberadaan Suku Baduy dengan Tradisi Seba[/permalink]. Tradisi Seba telah ada sejak zaman Kesultanan Banten di Kabupaten Serang yang menjadi bagian dari warga Baduy. Prosesi ini merupakan peninggalan dari para leluhur tetua atau yang biasa mereka sebut dengan kokolot dengan ketentuan pelaksanaan sekali dalam setahun. Digelar setelah musim panen, tidak lain memiliki makna untuk mengucap syukur atas nikmat yang diberikan kepada mereka.
Suku Baduy
Masyarakat Baduy (urang kanekes) merupakan kelompok orang yang sangat berpegang teguh pada adat istiadat yang telah ada sejak zamn dahulu. Mereka tinggal di pedalaman desa, yaitu Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Perkembangan zaman yang memungkinkan akan terjadi perubahan dari keturunannya, menjadikan mereka terbagi dalam dua suku, yaitu baduy dalam dan baduy luar. Suku baduy yang dibagi menjadi dua tersebut, memiliki tugas sendiri dalam menjalankan pikukuh karuhun (amanat leluhur).
Pikukuh karuhun inilah yang mereka pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari, sebab ini menjadi doktrin yang wajib mereka lakukan. Doktrin yang dimaksud antara lain:
bertapa bagi kesejahteraan dan keselamatan pusat dunia dan alam semesta;
- memelihara sasaka pusaka buana;
- mengasuh ratu memelihara menak;
- menghormati guriang dan melaksanakan muja;
- mempertahankan dan menjaga adat bulan kawalu;
- menyelenggarakan dan menghormati upacara adat ngalaksa; dan
- melakukan upacara seba, setahun sekali.
Menjaga Keberadaan Suku Baduy dengan Tradisi Seba
Seba merupakan menyerahkan hasil tani atau bumi untuk pemerintah setempat sebagai bentuk ketulusan dan keikhlasan semata yang diungkapkan setiap tahun. Rasa syukur menjadi alasan masyarakat baik Baduy dalam maupun luar, sebab mendapat hasil panen yang melimpah ruah. Pelaksanaan tradisi seba berjalan layaknya panggilan jiwa yang tanpa sedikit pun paksaan dari pihak luar. Pihak Baduy menyelenggarakan tradisi ini dengan bergotong-royong membawa hasil tani yang diserahkan kepada Bupati Lebak.
Upacara adat seba merupakan bagian akan pesan untuk pemerintah agar menjaga kelestarian hutan dan lingkungan, serta meminta pemerintah untuk menegakkan hukum dan keadilan demi ketenteraman dan keselamatan masyarakat. Hal lain yang menjadi latar belakang diadakannya kegiatan ini adalah harapan akan perlindungan dari bupati maupun aparat pemerintah daerah agar masyarakat Baduy tetap diizinkan untuk menghuni lahan seluas ribuan hektar, sehingga kejadian akan alih fungsi lahan tidak terjadi kembali.
Dalam suku Baduy, terdapat aturan ketat dalam menjaga alam yang kemudian dibagi menjadi beberapa bagian, seperti untuk pertanian, pemukiman, dan hutan lindung. Penjagaan yang dilakukan oleh warga Baduy menjadikan adanya peraturan dalam pemanfaatan seperti buah-buahan diatur oleh adat dan harus berdasarkan izin dari sesepuh adat.
Perayaan Tradisi Seba
Tradisi Seba menjadi bagian prosesi dari panggilan jiwa yang sangat sakral sebab menjadi bagian akan warisan dari leluhur yang harus diteruskan dari generasi ke generasi. Dalam upacara ini, suku Baduy melakukan perjalanan jauh dengan jarak sekitar 115 kilometer tanpa alat transportasi, melainkan kaki mereka yang mengantarkan hingga tempat tujuan. Beragam hasil bumi dibawa dalam perjalanan untuk diberikan kepada Bapak Gede (kepala pemerintah).
Perayaan Seba Badui biasanya dilakukan setelah warga Baduy menjalani ritual kawalu selama tiga bulan. Di upacara itu, warga Baduy dalam dan Baduy luar akan menempuh perjalanan jauh. Mereka akan berjalan kaki menempuh jarak sekitar 115 kilometer.
Beragam hasil bumi dibawa dalam perjalanan panjang itu. Semuanya, akan disampaikan kepada kepala pemerintah daerah yang kerap disebut Bapak Gede. Perjalanan saat upacara ditempuh selama lebih kurang 12 jam yang tidak kenal panas maupun hujan. Segala cuaca terus dihajar dengan keseluruhan yang ikut adalah kaum laki-laki, sebab perempuan tidak diperbolehkan bergabung.
Mitos dari Upacara Seba
Berdasarkan sejumlah sumber, di balik upacara Seba terdapat mitos yang dipercaya oleh Suku Baduy yakni Bhatara Tunggal sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Bhatara Tunggal diyakini menciptakan bumi yang berawal dari benda besar yang kental dan bening, kemudian melebar dan berangsur-angsur mengeras.
Dalam pembentukan bumi, mereka memiliki keyakinan bahwa semua berawal dari wilayah Baduy yang merupakan bagian inti jagat dan juga Sasaka Pusaka Buana atau pusat dunia yakni Arca Domas. Arca Domas dianggap menjadi tempat berkumpulnya para leluhur yang selalu akan memantau seraya menjaga, anak keturunan suku Baduy. Oleh sebab kepercayaan tersebut, menjadikan masyarakat Baduy sangat menjaga keutuhan lingkungan, kelestarian hutan dan keseimbangan alam agar tidak kualat.
Demikian info tentang Menjaga Keberadaan Suku Baduy dengan Tradisi Seba, kami harap postingan ini bermanfaat buat kalian. Kami berharap postingan wisata budaya baduy ini dibagikan supaya semakin banyak yang mendapatkan manfaat.
Referensi:
- Wisata Kebudayaan di Banten
- Menjadi Travelpreneur Sukses