Kali ini kami akan ulas terkait dengan [permalink]mengajarkan kemandirian pada Anak yang menginjak remaja[/permalink]. Setiap orang tua mengharapkan kemandirian pada anaknya. Mengajarkan kemandirian pada anak, seharusnya dilakukan sedini mungkin. Pengenalan kemandirian dilakukan segera setelah anak bisa diajak berkomunikasi, dan menjalankan perintah sederhana.
Artinya, usaha mengenalkan kemandirian pada anak, mulai dilakukan sejak anak berada di tahun-tahun pertama kelahirannya. Untuk dapat mengajarkan kemandirian pada anak, dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, stakeholder yang berhubungan dan berinteraksi dengan anak, seperti orang tua, keluarga terdekat, dan juga pengasuhnya.
Mengajarkan Kemandirian pada Anak yang Menginjak Remaja
Usaha mengajarkan kemandirian pada anak, dibutuhkan pengertian yang sama antar semua stakeholder di rumah. Ini artinya untuk hal-hal dasar, semua pihak membiarkan dan mengajarkan anak untuk melakukan tugasnya sendiri, walaupun orang tua menyediakan pengasuh di rumah.
Memberikan tanggung jawab pada anak dan membiarkan mereka melakukannya sendiri, tanpa ataupun dengan bantuan minimal dari orang dewasa akan membangun rasa percaya diri dan kemandirian anak.
Yang seringkali menjadi hambatan untuk mengajarkan kemandirian pada anak, adalah kesempurnaan yang diharapkan orang tua saat anak mengerjakan tanggung jawabnya. Padahal jika boleh jujur, mengharapkan nilai sempurna pada anak itu sama dengan pungguk merindukan bulan.
Mengenalkan tanggung jawab sederhana pada anak, artinya kita harus siap untuk menghadapi ketidaksempurnaan-ketidaksempurnaan yang merupakan tanda awal belajar. Seluruh stakeholder yang terlibat harus siap dan bersabar menghadapi ketidaksempurnaan ini. Dari setiap ketidaksempurnaan, anak menjalani proses belajar dan mengasah kemampuan kognitifnya.
Sayangnya, bentuk ketidaksempurnaan dari proses belajar anak seringkali membuat rusuh dan berantakan rumah. Sehingga lebih mudah membantu anak, dibandingkan mengizinkan mereka melakukan tanggungjawabnya. Fenomena kedua orang tua bekerja, dan anak ditunggui oleh pengasuh juga membuat proses belajar kemandirian anak menjadi tidak lengkap.
Pengasuh memiliki kecenderungan untuk membantu, bahkan mengerjakan tugas anak sehingga anak kehilangan kesempatan belajar. Menyediakan pengasuh yang membantu kelancaran kehidupan harian anak, akhirnya menjadi buah simalaka terhadap kemandirian anak. Anak terbiasa dibantu dan disiapkan kebutuhan hariannya dan cenderung mengandalkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Sindrom Helicopter Parents
Fenomena ini kadang diperparah dengan sindrom ‘helicopter parents’, orang tua selalu mengawasi dan mengambil keputusan untuk anak. Saat anak masih bayi ataupun di bawah lima tahun, bantuan orang tua untuk mengambil keputusan memang sangat dibutuhkan.
Namun saat anak beranjak remaja, mereka perlu memiliki kemampuan menimbang, memperhatikan, membandingkan, memilih, dan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Kemampuan ini hilang, jika sejak kecil anak selalu dilindungi, dibantu, dan ambil kesempatannya untuk mengambil keputusan.
Memasuki usia remaja, anak sudah memiliki kemampuan berpikir logis, ego dirinya untuk menunjukkan kemampuannya semakin keluar ke permukaan. Namun, jika sejak kecil anak tidak dikenalkan pada konsep kemandirian, kemampuannya akan tumpul. Anak selalu membutuhkan pendapat orang tua, membutuhkan pengakuan orang lain bahwa setiap tindakannya benar.
Pada fase ini, orang tua malahan menjadi khawatir karena anak tidak menunjukkan kemandiriannya sama sekali, atau malah menunjukkan pembangkangan yang luar biasa karena ingin menunjukkan kemampuannya, bahwa ‘aku bisa’.
Fase Perlakuan Anak
Perlakukan anak bagai raja di 7 tahun pertama kehidupannya perlakukan anak bagai tawanan di 7 tahun kedua kehidupannya. Dan perlakukan anak sebagai sahabat di 7 tahun ketiga kehidupannya. Prinsip inilah yang digunakan dalam mengajarkan kemandirian pada anak. Di usia menjelang pubertas, ajarkan anak tanggung jawab dengan menerapkan sistem reward and punisbment. Mengajarkan anak efek jera, saat mereka lalai melakukan tanggung jawabnya.
Di usia remaja, anak tidak melulu berada dekat dengan orang tua saat melakukan aktivitas. Anak lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Saat berada di luar kontrol orang tua inilah dibutuhkan kemandirian anak. Kemampuan untuk mengenali mana yang baik dan kurang baik, mana yang dibolehkan dan mana yang perlu dihindari, mana yang harus diikuti dan mana yang perlu ditolak, mutlak penting dimiliki oleh anak.
Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh kemandirian, anak harus bisa mengambil keputusan kapan harus menerima sesuatu, kapan sesuatu harus ditolak dengan tegas. Ini dibutuhkan anak, karena tidak selamanya mereka berada di bawah lindungan sayap orang tua.
Demikian informasi berkaitan dengan mengajarkan kemandirian pada Anak yang menginjak remaja, kami harap postingan kali ini bermanfaat buat teman-teman semua. Tolong post ini dibagikan supaya semakin banyak yang memperoleh manfaat.
Referensi: Parenting