
Kali ini kami akan ulas berkaitan dengan cara terapkan pola asuh satu kepala pada anak. Pernahkah Anda melihat anak yang bisa dengan mudah memanipulasi orang tua? Dimarahi ibu, tinggal bilang ke ayah karena papa pasti akan membela. Dihukum oleh ayah, tinggal nangis ke ibu karena ibu akan segera menganulir hukuman dari ayah.

Cara Terapkan Pola Asuh Satu Kepala pada Anak
Di sisi lain, ada juga anak yang begitu menurut sama orang tuanya. Ketika menjalani hukuman, ya sudah terima konsekuensinya. Karena ketika ibu memberi hukuman, kemudian ngadu pada ayah, malah kena marah double. Atau ketika dilarang oleh ayah, minta bantuan ibu, ibu malah bilang, ‘kata ayahmu apa?’.
Mari kenali beberapa model pola asuh orang tua di rumah berikut ini :
1. Pola asuh tanpa kepala
Jarang sekali ditemui pola asuh yang seperti ini. Apa maksud dari pola asuh tanpa kepala? Artinya, dalam mengasuh anak, orang tua tidak mengambil tanggung jawabnya untuk mendidik anak. Anak dibiarkan berkembang tanpa asuhan dan arah yang jelas dari orang tua.
2. Pola asuh dua kepala
Pola asuh seperti ini kerap kali kita temui. Orang tua berbeda pendapat bagaimana mereka akan mengasuh anak-anak. Ayah memiliki standar yang berbeda dengan ibu. Aturan-aturan yang ditetapkan ibu, seringkali dilanggar secara sengaja ataupun tidak oleh ayah. Pola asuh seperti ini mengizinkan anak untuk berkembang menjadi pribadi yang manipulatif.
Anak akan mengukur dan mengira-ngira, siapa yang paling mungkin mengabulkan keinginannya, ayah atau ibu. Secara tidak langsung, anak diajarkan secara alamiah untuk mengadu-domba keputusan yang dibuat oleh orang tuanya. Hasil akhirnya sudah jelas, anak selalu mendapatkan apa yang diinginkan, entah itu baik atau tidak.
3. Pola asuh satu kepala
Di sini orang tua memiliki kesepakatan yang jelas, tentang cara-cara dan nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada anak. Ayah dan ibu bekerja sebagai satu tim, bukan lagi sebagai entitas berbeda yang memiliki pendapat bertentangan saat mengasuh anak. Di mata anak, orang tua terlihat kompak dan satu suara. Hal ini menutup kemungkinan anak memanipulasi keputusan yang dibuat oleh ibu atau ayahnya.
Berikut adalah beberapa cara menerapkan pola asuh satu kepala :
a. Melakukan kompromi
Pasangan yang berasal dari dua budaya yang berbeda memiliki preferensi yang berbeda pula tentang cara mengasuh anak. Adalah tugas pasangan yang telah menikah dan memutuskan memiliki buah hati untuk melakukan kolaborasi dalam pola asuh. Kompromi tentang pola asuh yang tepat dilakukan sepanjang pernikahan.
Pasalnya, mengasuh anak memerlukan pendekatan yang berbeda di setiap usia. Orang tua wajib mempelajari sendiri, melalui bacaan dan pengalaman orang lain, bagaimana mengasuh anak.
b. Menentukan Arah Pola Asuh Anak
Tidak ada pola asuh yang cocok diterapkan untuk semua orang, yang ada adalah pola asuh yang sesuai dengan arah yang ditentukan orang tua untuk anak-anaknya. Pada keluarga yang menerapkan pola ‘dilarang membantah orang tua’, diskusi atau debat dengan anak merupakan hal yang tabu. Sementara di keluarga lain, diskusi antara anak dan orang tua adalah hal biasa.
Arah ini pula ditentukan sejak awal, sehingga anak tidak seperti kapal yang terombang-ambing karena kehilangan kompasnya. Arah ini pula yang akan menentukan setiap keputusan dan tindakan yang diambil orang tua untuk kemaslahatan anak-anaknya.
c. Menentukan Cara Asuh
Ketika arah pengasuhan sudah ditetapkan, orang tua tentu perlu membicarakan implementasinya. Kesepakatan antar ayah dan ibu sebaiknya dibuat di awal. Misalnya, saat ibu memberi hukuman pada anak, ayah tidak boleh menarik hukuman yang diberikan ibu, walaupun ayah tidak menyetujui hal tersebut.
Yang bisa ayah lakukan adalah mengajak ibu berdiskusi, dan ibulah yang akan mencabut hukuman yang diberikannya tadi. Hal ini perlu dilakukan agar orang tua berada dalam satu kata saat berhadapan dengan anak, sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk memanfaatkan ketidaksepakatan orang tua, karena orang tua sudah membuat perjanjian di awal.
Sekian informasi tentang cara terapkan pola asuh satu kepala pada anak, semoga postingan kali ini bermanfaat untuk Anda. Tolong artikel ini disebarluaskan supaya semakin banyak yang memperoleh manfaat.
Referensi:
- Harian Bernas
- Ilmu Parenting
