Soleh Agus

Upaya Menjaga Usaha Batik Jetis Sidoarjo

Topik kita sekarang ialah upaya menjaga usaha batik jetis sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo terletak di sebelah selatan kota Surabaya, terkenal dengan kerupuk udang, terasi, petis dan ikan bandengnya. Sejak terjadi bencana luapan lumpur Lapindo, tempat ini menjadi dikenal lebih luas dengan sebagian masyarakatnya saat ini menjadi pengerajin batik tulis.

Upaya Menjaga Usaha Batik Jetis

Kampung Batik Jetis di Sidoario menjadi ciri khas yang ramai dengan wisatawan pada hari biasa maupun hari liburan. Kawasan Sidoarjo memiliki tiga desa utama pengrajin batik yaitu desa Jetis, Sekardangan, dan Kenongo. Desa Jetis saat ini menjadi Kampung Batik Jetis yang didirikan pemerintah sebagai sentra batik Sidoarjo.

Batik Jetis mengikuti permintaan pasar dalam penentuan motif dan warnanya. Sehingga usaha batik jetis di tempat ini masih sangat diminati pasar, terlebih di luar Sidoarjo. Motif khas yang dimiliki oleh batik tulis jetis adalah motif merak dengan sayap tertutup, kupu-kupu, bunga kenongo dan kembang bayem, cecekan, dan sunduk kentang.

Lokasi Kampoeng Batik Jetis

Kampung Batik Jetis terletak di pusat kota atau tepatnya di Jalan Diponegoro Sidoarjo, sentra batik ini bisa dengan mudah ditemukan. Selain itu, di gapura masuknya terdapat tulisan ‘Kampung Batik Jetis’, sehingga bisa mempermudah pengujung untuk berwisata belanja. Menuju tempat ini akan lebih dimudahkan dengan bantuan aplikasi google maps apabila menggunakan kendaraan pribadi.

Akan tetapi jika pengunjung memakai kendaraan umum, dapat turun di terminal bus kota atau desa tujuan Anda. Selanjutnya dapat ditempuh dengan menggunakan ojek menuju lokasi Wisata Kampung Batik Jetis di Sidoarjo tersebut. Setelah sampai di Kampung Batik Jalan Jetis, akan terdapat banyak warga yang menjual hasil karya batiknya di rumah masing-masing dengan variasi harga. Selain bisa berbelanja batik, di lokasi ini pengunjung juga dapat melihat secara langsung kegiatan melukis batik di atas kain.

Sejarah Batik Jetis

Menurut sejarah, batik tulis tradisional Sidoarjo berpusat di Jetis sejak tahun 1675. Batik ini mula-mula diajarkan oleh Mbah Mulyadi yang konon merupakan keturunan raja Kediri yang lari ke Sidoarjo. Bersama para pengawalnya, Mbah Mulyadi mengawali berdagang di Pasar Kaget yang kini dikenal dengan nama Pasar Jetis.

Seiring dengan perkembangan penduduk, serta kian ramainya perdagangan di Pasar Jetis, kawasan tersebut banyak didatangi para pedagang dari luar daerah, terutama pedagang asal Madura. Para pedagang Madura ini sangat menyukai batik tulis buatan warga Jetis.

Sayangnya, saat itu tidak ada lagi yang meneruskan usaha batik Jetis. Selanjutnya, di tahun 1950-an kembali didirikan oleh seorang perempuan bernama Widiarsih (Bu Wida) dengan menyerap banyak warga kampung Jetis untuk menjadi pekerjanya. Usaha batik tulis Widiarsih pada waktu itu telah menjadi perusahaan terbesar di kampung Jetis, sekaligus banyak yang mengakui kalau bisnis batiknya tertua di kampung Jetis.

Pada tahun 1970-an, para pekerja Widiarsih akhirnya memberanikan diri untuk membuka bisnis batik tulis di rumah masing-masing, yang akhirnya menjadi usaha masyarakat rumahan batik Jetis tulis. Sejak tahun 1975, Batik Jetis terkenal sebagai batik yang memiliki ciri khas warna berani seperti merah, kuning, hijau dan biru. Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta berwarna coklat atau sogan.

Motif Batik Jetis

Awalnya, batik asli Sidoarjo mempunyai motif beras utah, kembang bayem, dan kebun tebu. Motif Beras Utah ini terkait dengan melimpahnya bahan pangan terutama padi yang ada di Sidoarjo. Sehingga, dengan penduduk Sidoarjo yang relative kecil waktu itu, kelebihan beras tersebut tentu akan dilimpahkan ke daerah lain.

Motif Kebun Tebu ini terkait dengan Sidoarjo yang dulunya dikenal sebagai penghasil gula terbesar. Motif Kembang Bayem ini terkait dengan banyaknya sayuran bayam di daerah pedesaan Sidoarjo. Tanaman tersebut sangat mudah dijumpai di sekitar rumah penduduk, baik yang ditanam maupun yang tumbuh liar.

Warna yang digunakan dalam batik asli Sidoarjo awalnya tidak begitu mencolok, tapi karena konsumen kebanyakan masyarakat Madura, maka pengrajin batik Sidoarjo pun mengikuti permintaan tersebut. Sehingga, muncul warna-warna mencolok seperti merah, biru, hijau, hitam dan sebagainya. Batik dengan warna yang berani dan memperlihatkan ciri khas yang menyolok dan ceria, menjadi trade mark dari batik sidoarjo, walaupun tatahan batik kadang terlihat kasar tetapi memiliki nilai artistik tersendiri.

Proses pembatikan masih dikerjakan secara traditional yaitu batik tulis dengan proses pewarnaan menggunakan warna alam. Batik sidoarjo memang hampir mempunyai motif dan warna yang hampir mirip dengan batik madura, walaupun demikian batik sidoarjo memiliki pakem tersendiri.

Berdirinya Kampoeng Batik Jetis

Wilayah Kampoeng Batik Jetis berkembang pesat setelah berdirinya Paguyuban Batik Sidoarjo (PBS) pada tanggal 16 April 2008 yang di inisiasi oleh masyarakat setempat dengan tujuan untuk membantu memasarkan dan menjaga kestabiliasan harga jual batik jetis. Pada tanggal 3 Mei 2008, Bupati Sidoarjo meresmikan Pasar Jetis sebagai daerah industri batik yang diberi nama Kampoeng Batik Jetis.

Berbagai galeri dan toko batik memadati Kampoeng Batik Jetis dengan ragam hias batik meramaikan dinding yang ada di sepanjang jalan Kampoeng Batik Jetis. Beberapa rumah dengan arsitektur Belanda dibiarkan tetap lestari sebagai penanda akan berdirinya kampung tersebut sejak 1675.

Demikian info terkait dengan upaya menjaga usaha batik jetis sidoarjo, kami harap post kali ini bermanfaat buat Anda. Mohon post desa wisata di Sidoarjo ini dibagikan biar semakin banyak yang mendapatkan manfaat.

Referensi:

Exit mobile version