Besutan merupakan kesenian tradisional asli Kabupaten Jombang yang ada dari pengembangan kesenian Lerok dan merupakan cikal bakal kesenian Ludruk. Berikut ini sedikit penjelasan dari [permalink]perkembangan kesenian Besutan dari Jombang Jawa Timur[/permalink].
Perkembangan Seni Besutan Jombang dari Kegemaran Warga
Lakon yang dibawakan dalam kesenian Besutan merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari. Dari bermacam-macam lakon yang disuguhkan, Besut paling digemari penonton. Dalam perkembangannya, besutan menjadi pengganti nama dari kesenian Lerok yang menjadi asal usulnya.
Memperagakan sebuah lakon dengan riasan wajah bedak putin yang menutup seluruh muka tanpa meninggalkan warna asli kulit. Kupluk merah berbentuk bulat setengah lingkaran dengan hiasan tali kuncir menyembul dari pucuk kupluk bola dengan dikenakan menutup bagian atas rambut, mempertegas nuansa merah putih.
Tidak hanya itu, lilitan kain putih melilit tubuhnya layaknya kemben yang menyisakan bagian atas tubuh sekitar pangkal tangan dan sebagian bagian dada terbuka. Masih terlihat celana hitam komprang yang menyembul dari penghabisan kain putih. Karakter besut tergambar dalam pakaian tersebut menjadi bagian penting dalam kesenian besutan.
Sejarah Besutan
Sejarah panjang kesenian Besutan di Kabupaten Jombang memberi tanda arti dari Besutan Jombang. Besutan mengandung arti mbeto maksut (membawa pesan / maksud) atau juga berartt mbasuh atau menghilangkan noda / kotoran.
Makna besut yang mengandung arti dibersihkan, dihaluskan, dan diulas adalah isi pertunjukan. Mulai dari bentuk yang sangat sederhana, ditingkatkan agar lebih baik, sehingga maknanya yang tersirat dapat diulas oleh penonton.
Besutan merupakan simbol dari rakyat Jombang yang memiliki semangat kehidupan yang selalu dinamis. Suatu kehidupan yang selalu berusaha mencari sesuatu yang terbaik, kehidupan yang akomodatif terhadap suasana zaman yang sedang dihadapinya.
Hasil yang diharapkan dari proses tersebut adalah terhapusnya hal-hal yang tidak baik dan munculnya sebuah karya yang luar biasa.
Kesenian Besutan menampakkan karakter rakyat Jombang. Tokoh Besut merupakan sosok laki-laki yang cerdas, terbuka, perhatian, kritis, transformatif dan nyeni. Begitu juga warga Jombang yang tidak henti-hentinya memunculkan sosok orang hebat seperti Besut.
Ngamen Keliling Kampung
Masyarakat Jawa Timur pada umumnya adalah masyarakat agraris, hampir seluruh wilayah pelosok Jawa Timur penduduknya berpenghasilan dengan bercocok tanam atau bertani. Daerah Jombang rata-tata masyarakat yang ada di pelosok desa berpenghasilan dari bertani, hasil bertani tersebut terkadang kurang untuk mencukupi hidup sehari-hari.
Latar belakang inilah, sekitar tahun 1907 seorang penduduk bernama Pak Santik berinisiatif untuk menambah penghasilan dengan mengamen. Pak Santik setiap harinya bekerja sebagai petani dari desa Ceweng, kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.
Kegiatan mengamen yang ia lakukan diiringi oleh musik mulut yang kemudian berkembang menggunakan alat kendang setelah bertemu dengan Pak Amir, asal Desa Plandi. Permainan musik ini selanjutnya bertambah variatif dengan diajaknya Pak Pono untuk menarik masyarakat penonton dengan mengenakan pakaian perempuan.
Masa mengamen yang dilakukan oleh ketiga seniman alam itu diperkirakan terjadi tahun 1907 sampai dengan tahun 1915 dengan sebutan di kalangan masyarakat Jombang pada waktu itu ialah lerok. Kata lerok merupakan variasi dari lorek sebab wajah pemainnya dirias model coretan agar tampak lucu dan sulit dikenali wajah sebenarnya.
Para Tokoh Seni Besutan
Kesenian lerok ngamen mendapat sambutan yang besar dari masyarakatnya, sehingga rombongan ngamen itu sering diundang ke tempat orang-orang yang mempunyai hajatan (penganten, sunatan, ngruwat dan lain lain) dengan sebutan nanggap lerok.
Dari tanggapan ini, terjadi inovasi lanjutan yang memunculkan tokoh Besut. Kegemaran warga akan tokoh besut, menjadikan nama lerok berubah menjadi kesenian besutan.
Dalam lakon Besutan, tokoh yang selalu hadir antara lain: Besut, Rusmini, Man Gondo, Sumo Gambar dan Pembawa Obor, dengan penambahan tokoh lain sesuai kebutuhan cerita. Tema apa pun yang diangkat dalam kesenian besutan, bumbu cinta segitiga antara Rusmini, Besut, dan Sumo Gambar selalu menjadi penyedapnya.
Berikut karakter tokohnya :
- Besut yang gagah dan Rusmini yang cantik selalu menjadi sepasang kekasih atau sepasang suami istri.
- Sumo Gambar selalu berperan antagonis, yang dirinya sangat mencintai Rusmini, tapi cintanya tidak pernah terbalas.
- Man Gondo yang merupakan paman Rusmini, selalu berpihak pada Sumo Gambar, karena kekayaannya.
Kesederhanan pakaian yang dikenakan besut memiliki makna meliputi, kain putih yang melambangkan bersih jiwa dan raganya. Tali lawe melilit di perutnya melambangkan kesatuan yang kuat.
Tutup kepalanya merah melambangkan keberanian yang tinggi. Busana Rusmini merupakan busana tradisional Jombang, menggunakan kain jarik kebaya, dan kerudung lepas. Man Gondo berbusana Jawa Timuran, sedang Sumo Gambar berbusana ala pria Madura.
Prosesi Teater Rakyat Besutan
Teater Rakyat Kesenian Besutan selalu diawali dengan semacam ritual yang berfungsi sebagai intro. Dalam ritual tersebut, dimulai oleh pembawa obor yang berjalan dengan penuh waspada, hati-hati, dan terus mengendalikan Besut di belakangnya. Besut yang matanya terpejam, mulutnya tersumbat susur, berjalan merayap mengikuti arah obor bergerak.
Walaupun dengan sikap yang penurut, Besut selalu sigap menanti setiap peluang. Pada satu kesempatan, Besut meloncat berdiri, tangannya merebut pegangan obor, dan dengan sekuat tenaga, susur yang berada di mulutnya disemprotkan ke nyala obor hingga padam. Mendadak matanya terbuka, mulutnya bebas, dan ketika itu dirinya akan menari dengan heroik.
Perkembangan Kesenian Besutan
Perkembangan Besutan semakin maju dengan pesat, dengan penambahan cerita yang tidak lagi mengisahkan Besut, Rusmini, dan Ganda, tetapi menampilkan tokoh lain. Tokoh lain semakin menarik dan disukai masyarakat, menimbulkan cerita Besutan hilang sama sekali.
Gerakan Besut yang kepalanya “gela-gelo”dan kaki kanan dihentakkan (gedruk-gedruk dalam bahasa Jawa) maka muncul istilah Ludruk. Ludruk saat ini berkembang pesat dengan dikenal di berbagai daerah.
Istilah ludruk tidak lagi digunakan dalam penamaan tokoh, tetapi merupakan bentuk teater rakyat yang berkembang di Jombang, Mojokerto, Surabaya, Malang dan daerah Jawa Timur lainya.
Baca juga : Kesederhanaan Pecel Rengkek Primadona Kuliner Jombang
Demikian info terkait dengan Perkembangan Kesenian Besutan dari Jombang Jawa Timur, semoga post ini berguna untuk sahabat semua. Kami berharap post wisata seni Jawa Timur ini disebarluaskan supaya semakin banyak yang mendapatkan manfaat.
Referensi: Wisata Kesenian di Jombang Jawa Timur