Pembahasan kita kali ini yaitu [permalink]museum kesenian layang-layang jakarta yang artistik[/permalink]. Potongan kertas warna-warni dengan bentuknya yang hampir serupa itu menjadi penyambut saat kaki tiba di sebuah ruang seni. Beberapa tergantung di sudut ruangan, bak burung yang tengah merentangkan sayapnya. Beragam goresan motif tertuang di beberapa spasi rentangan sayap itu.
Museum Kesenian Layang-Layang Jakarta
Keindahan ini membuat semua pengunjung berdecak kagum sambil sesekali mengarahkan bidikan kamera ke objek-objek artistik tersebut. Ruas-ruas cahaya mengetuk lantai pendopo Museum Layang-layang saat matahari bergerak meninggi. Langit Jakarta membuka tirainya, bersamaan dengan diterbangkannya layang-layang yang beraneka rupa dan warna.
Anak-anak kecil bersorak sorai, menyambut pelepasan karya yang diciptakan sepenuh jiwa saat mengikuti kursus pembuatan layang-layang. Entah ke mana layang-layang itu akan mengembara. Akankah mengisi ruang-ruang kosong di langit Jakarta? Atau melanglang buana ke penjuru nusantara, menemui kawan layang-layang lainnya?
Sejarah Museum Layang-Layang Jakarta
Pada tahun 1970-an, seorang pakar kecantikan dari Indonesia, Endang W. Puspoyo terpikat dengan keindahan layang-layang yang ditemukannya saat berkunjung ke Amerika Serikat. Pertemuan dengan layang-layang itu membuatnya tertarik untuk memboyong cendera mata tersebut ke nusantara. Sejak saat itu, Endang menyelami aneka sejarah dan jenis layang-layang yang ada di dunia.
Puncaknya terjadi pada tahun 1985 saat Endang membuka Merindo Kites and Gallery sebagai wadah para pelayang yang sering mengadakan festival layang-layang. Tidak berselang lama, diadakan Festival Layang-layans Internasional pertama tahun 1993 di Bumi Serpong Damai – Tangerang yang diikuti oleh ribuan pelayang dari daerah maupun mancanegara.
Terpikatnya Endang W Puspoyo terhadap kesenian layang-layang menggungah jiwanya untuk membeli sepetak lahan di daerah Pondok Labu, Jakarta Selatan. Lahan tersebut digunakan oleh Endang untuk membangun Museum Kesenian Layang-layang yang diresmikannya pada 21 Maret 2003 silam. Museum ini mengadopsi konsep Jawa dalam tiap senti bangunannya. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa bangunan berupa pendopo yang berdiri mengitari areal museum.
Tata Letak Museum Kesenian Layangan Jakarta
Pengunjung yang datang dapat memulai tur keliling museum dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 15 ribu/orang di loket sebelah kiri bangunan museum. Tidak jauh dari loket pembayaran, berdiri sebuah kubi-kel yang merupakan ruang audio visual. Ruang ini mampu menampung kurang lebih 35 anak untuk menyaksikan video sejarah dan festival layang-layang yang pernah digelar.
Di hadapan ruang audio visual, terdapat sebuah pendopo terbuka berlantai putih yang difungsikan sebagai ruangan untuk membuat layang-layang, batik, pesta maupun perayaan tertentu. Ruang ini merupakan ruangan serbaguna dari Museum Kesenian Layang-layang Indonesia.
Pada bagian luar, berdiri sebuah bangunan memanjang yang terbuat dari bata merah. Bangunan ini difungsikan sebagai kantor dan ruang penerimaan tamu. Tidak jauh dari lokasi kantor tersebut, berdiri sebuah pendopo berlantai merah yang cukup luas. Pendopo ini mampu menampung kurang lebih 70 anak untuk melakukan beragam aktivitas.
Pada bagian dalam pendopo, terpampang aneka koleksi layang-layang dari daerah di Indonesia maupun mancanegara. Tepat di sebelah pondopo, terdapat ruangan untuk aktivitas pembuatan keramik dari tanah liat, dan dua unit oven yang merupakan dapur untuk membakar keramik. Bagi yang ingin beribadah, tersedia musala di pojok depan pendopo utama.
Koleksi di Museum Kesenian Layangan
Koleksi di museum kesenian layang-layang ini telah melebihi angka 600 (enam ratus). Layang-layang ini umumnya adalah bentuk sumbangan dari para pelayang yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Di dalam ruang pameran dapat ditemui aneka layang-layang tradisional, seperti Angso Duo, Patah Siku dan Langlang Macho yang berasal dari Sumatera. Terdapat pula Dandang Laki dan Dandang Bini yang berasal dari Kalimantan.
Tidak ketinggalan, aneka layangan kreasi dua dan tiga dimensi turut dipamerkan di ruangan ini, seperti layangan terkecil di dunia yang berasal dari Cina berukuran 2 cm; layangan berbentuk ikan terbang, perahu layar, laba-laba; hingga sebuah layangan tua yang terbuat dari daun umbi-umbian, berasal dari Muna, Sulawesi Tenggara.
Layangan raksasa dan terbesar di tanah air, Megarqy, juga dapat ditemui di museum ini. Sehingga tidak heran, bila museum kesenian layang-layang ini mendapat penghargaan sebagai museum dengan koleksi layang-layang terlengkap di Indonesia.
Lokasi Museum Layang-Layang
Berlokasi di Jalan H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan, museum ini buka setiap hari (kecuali hari libur nasional), mulai pukul 09.00-16.00. Museum kesenian layang-layang ini juga membuka kursus seni menggambar layang-layang, membatik dan aneka aktivitas seni lainnya yang sayang untuk dilewatkan. Selain membuka kursus seni, museum ini juga menerima pesanan layang-layang besar untuk festival maupun koleksi pribadi.
Aneka pesanan ini bahkan diterbangkan menuju Malaysia, Singapura, Taiwan, bahkan Inggris dan Jerman juga turut menjadi jangkauan peminatnya. Bagaimana? Tertarik berkunjung dan melintasi langit nusantara dengan layang-layang unik dari museum ini di akhir pekan nanti?
Demikian info terkait dengan museum kesenian layang-layang jakarta yang artistik, kami harap artikel ini membantu kalian. Mohon postingan museum sejarah di Jakart ini diviralkan biar semakin banyak yang mendapat manfaat.
Referensi:
- Wisata Museum di Jakarta
- Menjadi Travelpreneur Sukses