
Pembahasan kita kali ini ialah Masjid Sulthonain Nitikan Yogyakarta dibangun oleh dua sultan. Masjid Sulthonain berada di tengah perkampungan Nitikan Yogyakarta dan termasuk bangunan cagar budaya. Hal tersebut tertuang dalam papan nama di depan masjid yang bertuliskan Masjid Sulthonain, Cagar Budaya Peraturan Menbudpar RI No PM 25/PW 007/M KP/tanggal 26 Maret 2007.
Masjid Sulthonain Nitikan Yogyakarta
Meski beberapa bagian bangunan sudah mengalami renovasi dan pemugaran, namun unsur sejarah dan keunikannya masih terasa. Sebab, beberapa komponen bangunan aslinya masih tetap dipertahankan diantaranya pengimaman masjid dan juga atap masjid.
Menurut sejarah, dulunya masjid ini dibangun oleh dua sultan, dari Yogyakarta dan Solo maka kemudian masjid ini dinamakan masjid Shultonain. Masjid ini diistilahkan masjid Kagungan Dalem yang artinya masjid bukan dari Kraton Yogyakarta yang membangunnya tetapi pada masa Mataram Islam.
Di pintu serambi Masjid Sulthonain ada prasasti bertuliskan huruf Arab berbahasa Jawa. Bunyinya “Punika konten masjid Panitikan Kagungan Ndalem Ing Nagari Surakarta yasan Ndalem Ing Sangandhaping Sampeyan Ndalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Ing Surakarta Ingkang Jumeneng Kaping IX Nalika Mulyakaken Kangungan Ndalem Masjid Panitikan wonten ing wulan Sofar tahun Jim Awal 1306 H” (Ini pintu masjid Panitikan Kagungan Ndalem Ing Nagari Surakarta yang diresmikan Sinuwun Kanjeng Susuhunan IX Surakarta pada bulan Safar tahun Jim Awal).
Masjid Sulthonain Nitikan dulunya dibedakan warna lantainya. Untuk yang Kraton Solo sebelah utara dengan warna ubin abu-abu. Sedangkan yang sisi selatan itu yang Kraton Yogyakarta dengan ciri ubin warna merah. Engsel pintu juga beda, yang Solo engselnya besi sedangkan yang Yogyakarta engselnya Kayu.
Selain pengimaman masjid, kayu atap masjidnya juga masih asli. Termasuk bedug yang terletak di serambi masjid. Dulunya masjid ini lantainya agak tinggi. Biar lebih leluasa ruangan hingga atap masjid, maka lantainya pun diturunkan agar lebih rendah. Masjid Sulthonain sudah direhab tahun 1983. Dulu di depan masjid ada kolamnya. Namun karena perkembangan kondisi sekarang sudah tidak ada lagi. Luas bangunan induk ini sekitar 15 x 15 meter.
Demikian info perihal Masjid Sulthonain Nitikan Yogyakarta dibangun oleh dua sultan, semoga artikel kali ini membantu sahabat semua. Tolong artikel wisata masjid di Yogyakarta ini disebarluaskan agar semakin banyak yang mendapat manfaat.
Referensi:
- Wisata Masjid di Jogja
- Menjadi Travelpreneur Sukses
