Topik kita kali ini adalah [permalink]Masjid Pathok Negara Mlangi Yogyakarta dan Sejarahnya[/permalink]. Satu dari empat masjid pathok negara yang dimiliki Keraton Yogya ini menyimpan nilai sejarah. Pada masa lalu fungsinya sebagai batas nagari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di wilayah barat.
Sejarah Masjid Pathok Negara Mlangi Yogyakarta
Sebagai masjid milik kraton, arsitekturnya mengikuti gaya Jawa dengan banyak penyangga atau saka yang terbuat dari kayu. Saka masjid berjumlah 16 buah, termasuk 4 saka di ruang utama. Sisi utara ruang utama terdapat tempat khusus shalat bagi jemaah perempuan atau disebut pawestren.
Pada tahun 1985 Masjid Pathok Negara Mlangi dirombak total. Pada perombakan tersebut masjid dibuat dua lantai untuk menambah daya tampung jemaah. Namun pada tahun 2010 Dinas Kebudayaan DIY meminta bentuk bangunan masjid dikembalikan seperti aslinya. Bangunan dua lantai tersebut lalu dirobohkan.
Selain itu, keberadaan kolam yang sempat ditutup akan dibuat kembali mengelilingi masjid. Meskipun sebagian besar bangunan masjid menggunakan bahan baru namun beberapa bagian masih terjaga keasliannya. Di antaranya mustaka yang berbentuk mirip dengan mustaka Masjid Demak.
Di sisi kanan kiri mustaka terdapat hiasan bunga melati berjumlah 17 buah. Di bagian atas terdapat sebuah gada dengan posisi berdiri. Mimbar masjid juga masih asli dengan tangga bertingkat di bagian depan. Bedugnya mempertahankan mempertahankan replika asli. Sekalipun bukan kayu utuh, diameter bedug sama dengan ukuran aslinya yaitu 165 cm.
Makam Kyai Nur Iman
Seperti masjid keraton lainnya, terdapat kompleks makam di sebelah barat Masjid Pathok Negara Mlangi. Di makam ini, disemayam Kyai Nur Iman beserta kerabat keraton lainnya. Kyai Nur Iman yang memiliki nama asli Raden Mas (RM) Sandiyo adalah tokoh penting berdirinya masjid ini.
Sejarah mencatat, Kyai Nur Iman prihatin atas kondisi Kraton Kartasura yang dilanda perpecahan akibat campur tangan Kompeni Belanda yang membantu Susuhunan Pakubuwono III. Saat itu terjadi perang saudara antara adik-adiknya yaitu Pangeran Sambernyowo (RM Said) dan Pangeran Mangkubumi (RM Sujono) sekaligus huru-hara antara etnis Tionghoa dengan Kompeni Belanda yang terkenal dengan Geger Pecinan.
Kyai Nur Iman bersama sahabatnya, Sanusi dan Tanmisani memilih keluar dari benteng kraton untuk dakwah Islam. Singkat cerita, perang saudara tersebut berakhir melalui perjanjian di Giyanti pada tahun 1755 yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Giyanti. Tahun 1766, saat jumenengan Pangeran Mangkubumi menjadi raja bergelar Sultan Hamengku Buwono I, Kyai Nur Iman diberi hadiah tanah perdikan atau tanah bebas pajak.
Tanah tersebut kemudian dijadikan desa sebagai pusat pengembangan agama Islam. Didirikan pula pondok pesantren untuk mulangi atau mengajarkan masalah-masalah keislaman. Bermula dari kata mulangi itulah desa tersebut kemudian dikenal menjadi desa Mlangi, tempat berdirinya masjid ini.
https://www.youtube.com/watch?v=Huv3bQAJfcY
Demikian info seputar Masjid Pathok Negara Mlangi Yogyakarta dan Sejarahnya, kami harap post ini mencerahkan kawan-kawan semua. Tolong artikel Wisata Masjid di Yogyakarta ini disebarluaskan supaya semakin banyak yang mendapat manfaat.
Referensi:
- Wisata Masjid di Jogja
- Menjadi Travelpreneur Sukses