Masjid Gedhe Pakualaman salah satu masjid kagungan dalem Keraton Ngayogyakarta. Mengacu pada gaya arsitektur bangunan masjid kagungan Dalem pada umumnya, Masjid Gedhe Pakualaman berdiri kokoh di sudut barat Kompleks Pura Pakualaman. Dibangun semasa KGPAA Paku Alam II bertahta. Ketika itu Sri Paduka Paku Alam II didampingi penghulu Mustahal Hasfarin serta pembangunannya juga mendapat dukungan Rider Bintangliur dari Kerajaan Belanda pada tahun 1783.
Masjid Gedhe Pakualaman
Dari sisi corak serupa dengan masjid-masjid Kraton Yogyakarta lainnya. Masjid Gedhe Pakualaman memiliki gaya bangunan perpaduan Hindu, Arab, dan Jawa. Ciri Hindu terletak pada gapura di bagian paling depan kompleks masjid. Begitu masuk, jemaah akan disambut dengan gapura lain berbentuk lengkung khas bangunan Arab atau Timur Tengah. Sementara nuansa Jawa kental terdapat pada bangunan pokok masjid yang memiliki empat pilar/tiang penyangga utama di bagian dalam.
Ada tiga benda lain yang begitu khas dimiliki masjid Kraton yakni bedug, magsuro (tempat shalat Paduka paku Alam) serta mimbar. Ketiganya menjadi bagian tak terpisahkan dengan keberadaan masjid ini.
Ada juga empat prasasti yang ditempatkan di samping pintu utama masjid. Dalam prasasti itu tercantum sejarah serta cerita singkat sejak pembangunan gapura dan bangunan masjid itu sendiri. Dua prasasti bertuliskan huruf Arab berbahasa Jawa atau Arab Pegon. Sedang dua prasasti memakai huruf Jawa dan berbahasa Jawa.
Paduka Paku Alam masih kerap memanfaatkan Magsuro di dalam masjid tiap Jumat Kliwon saat Shalat Jumat. Selain itu sejumlah hajat dalem juga masih diselenggarakan di masjid tersebut.
Ciri Masjid Pakualaman
Ciri khas Masjid Pakualamam dengan Masjid Kraton terletak pada bagian mustoko. Jika pada Masjid Kraton di bagian mustoko terdapat replika godo, untuk Masjid Pakualaman terdapat replika daun kluwih. Kluwih dimaknai linuwih atau memiliki kelebihan. Bahwa ketika di masjid, seseorang memiliki kelebihan di hadapan Allah SWT.
Satu lagi penanda sejarah yang tertinggal di masjid di masjid ini saat berlangsung penjajahan di Indonesia, yakni adanya lubang peluru di kaca samping pintu utama masjid. Keberadaan lubang bekas peluru ini diketahui dari cerita turun temurun. Sampai kini lubang tersebut tetap dibiarkan sebagai bagian sejarah perjalanan Masjid Gedhe Pakualaman ini.
Demikian info serba serbi tentang Masjid Gedhe Pakualaman salah satu masjid kagungan dalem semoga menambah wawasan.
Referensi:
- Wisata Masjid di Jogja
- Menjadi Travelpreneur Sukses