
Pembahasan kita sekarang ialah Masjid Agung Banten Kejayaan dan Harmonisasi Masa Lampau. Masjid Agung Banten merupakan salah satu lokasi wisata religi dengan bangunan kuno yang dibangun di masa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin. Tempat peribadahan umat muslim ini berlokasi di kelurahan Banten, kecamatan Kasemen, Kota Serang.
Masjid Agung Banten Kejayaan dan Harmonisasi Masa Lampau
Keberadaan masjid ini memiliki keistimewaan berupa bangunan dengan segala makna pada setiap bagiannya. Selain disebabkan oleh pembangunan yang terdiri dapi pemikiran tiga arsitektur, tempat ini tepat sebagai destinasi komplet mulai dari religi hingga edukasi.
Maulana Hasanuddin merupakan raja pertama yang memerintah Banten dengan corak pemerintahan Islam. Hasanuddin mendapat gelar sebagai Panembahan Surosowan. Dalam masa pemerintahannya, kekuasannya terbentang dari Banten, Jayakata, Karawang, Lampung, Indrapura sampai ke Solebar waktu itu.
Pada tahun 1552, Sultan Hasanudin mendirikan masjid agung ini. Lalu kemudian mengalami renovasi beberapa kali yaitu:
- pada tahun 1969 oleh Bhakti Siliwangi Korem 64 Maulana Yusuf,
- pemugaran pada tahun 1975 dengan dipimpin Ibnu Sutowo, dan
- rehabilitasi atas bantuan masyarakat pada tahun 1991.
Wisata Religi Masjid Agung Banten
Masjid Agung ini sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari berbagai tempat. Peziarah tersebut memiliki tujuan untuk mendatangi makam :
1. Serambi kiri masjid
- Sultan Maulana Hasanuddin dengan Permaisurinya,
- Sultan Ageng Tirtayasa dan
- Sultan Nashr Abdul Kahar (Sultan Haji)
2. Serambi kanan masjid
- Sultan Maulana Muhamad,
- Sultan Zainul Abidin,
- Sultan Abdul Fattah,
- Pangeran Aria,
- Sultan Mukhyi,
- Sultan Abdul Mufakhir,
- Sultan Zainul Arifin,
- Sultan Zainul Asikin,
- Sultan Syarifuddin,
- Ratu Salamah,
- Ratu Latifah dan
- Ratu Masmudah.
Wisata Edukasi di Masjid Agung Banten
Selain sebagai obyek wisata ziarah, tempat ini juga dapat digunakan sebagai wisata edukasi berbasis sejarah dengan segala peninggalan serta bangunan yang ada. Bangunan masjid agung ini berada di atas kompleks seluas 1,3 hektar yang bermakna di dalamnya, seperti adanya menara di depan masjid sebagai lambang huruf Alif.
Pada zaman dahulu, menara tersebut digunakan untuk mengumandangkan azan dengan total tiangnya sebanyak 24 sebagai penanda satu hari adalah 24 jam. Penanda waktu tersebut sebagai penerjemah akan kehidupan manusia dalam sehari-hari yang mengisinya dengan ibadah, bekerja dan mencari penghidupan, serta untuk istirahat.
Begitu pula dengan umpak batu andesit berbentuk labu berukuran besar pada tiap dasar tiang masjid dan pendopo sebagai penggambaran akan pertanian untuk pengingat dan juga menunjukkan akan kemakmuran kesultanan Banten lama pada masanya. Selain itu, masjid agung ini memiliki pintu yang relatif pendek, sebagai penunjuk akan manusia yang tidak layak untuk sombong dan ketika akan beribadah kepada Allah harusnya menempatkan diri selayaknya hamba kepada tuannya.
Arsitektur Masjid
Keistimewaan masjid ini terletak pada arsitektur bangunannya yang unik, berupa perpaduan bangunan khas Jawa Hindu, China, dan Eropa sebab dirancang oleh tiga arsitektur. Arsitek tersebut adalah
- Raden Sepat dari Majapahit yang berpengalaman dan juga berjasa membangun masjid agung Cirebon dan masjid Demak.
- Arsitek asal China bernama Tjek Ban Tjut dengan gelarnya sebagai pangeran Adiguna.
- Arsitek Belanda beragama Islam yang melarikan diri dari Batavia bernama Hendrik Lucaz Cardeel dengan gelarnya pangeran Wiraguna.
Masing-masing arsitek ini memiliki bagian penting masing-masing.
- Tjek Ban Tjut menyumbangkan idenya dalam atap utama masjid dengan bentuk bangunan bersusun lima menyerupai pagoda serta serambi masjid di bagian utara dan selatan, juga bagian tangga masjid.
- Hendrik Lucaz Cardeel memiliki andil dalam merancang bangunan berupa Tiyamah, yaitu bangunan dua lantai berbentuk persegi panjang bergaya arsitektur Belanda kuno yang dahulu sering digunakan sebagai tempat pertemuan penting untuk membahas kegiatan agama dan sosial.
- Raden Sepat menjadi bagian pembanguan atas perintah Sultan Haji pada tahun 1629 yang kemudian dirinya membangun menara di sebelah timur masjid dengan bentuk segi delapan setinggi 24 meter serta diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter.
Aktivitas di Masjid Agung
Untuk menuju puncak menara, membutuhkan tenaga untuk menaiki 83 anak tangga yang kemudian saat berada di atas akan dapat mendapati pemandangan sekitar masjid. Keindahan pemandangan yang disajikan berupa perairan lepas pantai, yang dahulunya tempat ini digunakan untuk mengawasi aktivitas di sekitar pelabuhan dan memantau kedatangan kapal-kapal asing.
Pada zaman kesultanan Banten, kala itu Islam ditempatkan sebagai landasan kehidupan politik kerajaan. Dalam hal ini Islam menjadi alat legitimasi atas kekuasaan penguasa, serta menjadi simbol identitas. Namun, tidak membuat pemeluk lain tertindas dengan bukti adanya bangunan kelenteng yang merupakan pusat peribadatan etnis Tionghoa pada masa tersebut.
Demikian info berkaitan dengan Masjid Agung Banten Kejayaan dan Harmonisasi Masa Lampau, kami harap artikel kali ini berguna buat Anda. Kami berharap artikel wisata masjid di prov Banten ini diviralkan agar semakin banyak yang memperoleh manfaat.
Referensi:
- Wisata Masjid di Banten
- Menjadi Travelpreneur Sukses
