Mau berwisata religi dan juga mendalami ilmu di Jakarta Utara (khususnya bagi umat muslim)? Bila iya, Anda bisa datang ke [permalink]Masjid Jami’ Jakarta Center atau Jakarta Islamic Center (JIC)[/permalink]. Info wisata religi Jakarta (JIC) selengkapnya bisa baca artikel ini hingga selesai.
Sejarah Berdirinya JIC
Kawasan yang JIC tempati, dulunya adalah bekas Lokasi Resosialisasi (Lokres) Kramat Tunggak (kramtung), Tanjung Priok, Jakarta Utara. Lokres ini merupakan nama sebuah Panti Sosial Karya Wanita (PKSW). Yaitu yang bernama Teratai Harapan Kramat Tunggak. Lokasi PKSW ini menempati lahan seluas sekitar 109.435 m2.
Sebelum berdirinya masjid, Area kramtung merupakan tempat prostitusi yang terkenal. Kemashhuran kramtung tidak hanya ada di Indonesia saja, namun juga terkenal sampai ke seluruh Dunia khususnya Asia Tenggara.
Sejak dibuka tahun 1970-an, area lokalisasi Kramtung ini tumbuh dan berkembang dengan pesat sampai akhirnya menimbulkan berbagai masalah. Khususnya pada masyarakat sekitar dan sekaligus citra Jakarta. Di mana Jakarta adalah sebuah kultur Betawi yang identik sebagai komunitas Islam multikultur dan toleran.
Kondisi ini menimbulkan desakan dari ulama dan masyarakat untuk menutup PKSW Teratai Harapan Kramat Tunggak. Lalu tahun 1998 Gubernur DKI mengeluarkan SK mengenai penutupan panti sosial tersebut selambat-lambatnya akhir Desember 1999.
Lalu akhir Desember 1999, melalui SK Gubernur (KDKI Jakarta No. 6485/1998) secara resmi pemerintah Jakarta menutup Lokres Kramtung. Selanjutnya Pemda Jakarta melakukan pembebasan lahan eks lokres Kramtung.
Ide Pembangunan JIC
Setelah lahan kramtung bebas, ada yang mengusulkan kawasan itu dibangun untuk :
- pusat perdagangan (mall),
- perkantoran,
- dan lain sebagainya.
Tapi Gubernur DKI Jakarta saat itu (H. Sutiyoso) punya ide lain yakni membangun Jakarta Islamic Center (JIC). Gagasan untuk membangun JIC Gubernur Sutiyoso kemukakan kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah saat itu (Prof. Azyumardi Azra). Ide tersebut dapat respons yang sangat positif.
Rencana itu lalu dilanjutkan dengan konsultasi antara masyarakat, ulama, praktisi, dll. Baik skala lokal ataupun regional bahkan international. Hasil dari konsultasi tersebut yaitu adanya sebuah master plan pembangunan masjid JIC pada tahun 2002.
Untuk memperkuat ide dan gagasan pembangunan JIC, maka dilakukan-lah Studi Komparasi ke Islamic Centre di berbagai negara (pada Agustus 2002), seperti :
- Mesir,
- Iran,
- Inggris, dan
- Perancis.
Lalu, pemda Jakarta merumuskan Organisasi dan Manajemen JIC dengan mengeluarkan SK Gubernur (KDKI Jakarta No. 99/2003). Dan pada tahun April 2004, struktur Organisasi dan Manajemen JIC di atas pemerintah DKI angkat / lantik. Pelantikan ini melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 651/2004.
Sebagai Simbol Kebangkitan Islam
Gubernur Sutiyoso meresmikan Masjid Islamic Center Jakarta (JIC) pada 4 Maret 2003. Sejak Gubernur Sutiyoso meresmikan JIC, kehadirannya tak sekadar hanya mengubah tempat prostitusi menjadi sebuah masjid.
Lebih dari itu, pemerintah berharap agar JIC jadi salah satu simpul pusat peradaban Islam di Indonesia dan juga Asia Tenggara. Yang mana JIC jadi simbol kebangkitan Islam di Asia dan juga Dunia.
Ciri peradaban itu tergambar pada kelengkapan fasilitasi berbagai fungsi kemakmuran masjid yang terdiri dari fungsi :
- peribadatan,
- kediklatan, dan
- perdagangan / bisnis.
Lokasi Jakarta Islamic Center
Masjid Jami’ Jakarta Center (JIC) letaknya ada di Jln. Kramat Jaya Raya No. 1, RT/RW 06/01, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.
Baca juga : Pura Aditya Jaya Rawamangun Jakarta
Demikian info berkaitan dengan wisata masjid Jakarta Islamic Center (JIC) pusat ilmu dan peradaban islam, semoga post kali ini membantu kalian. Kami berharap postingan wisata Jakarta ini kalian share biar semakin banyak yang mendapat manfaat.