
Topik kita kali ini ialah Berakhlak mulia pada Rasulullah. Konsekuensi dari pentingnya adab kita kepada Allah (yaitu berupa ketaatan kepada-Nya) adalah kita juga mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah dalam ayat-Nya yang mulia (artinya):
“Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” (QS. An Nisa: 80).
Berakhlak Mulia Pada Rasulullah
Oleh karena itu, mentaati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga merupakan bentuk ketaatan kita kepada Allah Ta’ala. Sedangkan jika seseorang berpaling, maka tidak ada satupun yang dirugikan kecuali dirinya sendiri. Dan ketaatan kepada Rasul juga termasuk salah satu adab kita sebagai umatnya kepada Rasulullah, sebagaimana banyak disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya (artinya): “Taatilah Allah, dan taatilah Rasul” (QS.An Nisa: 59).
Di antara perkara lain yang merupakan bentuk akhlak kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu mencintainya melebihi seluruh makhluk. Sebagaimana hadits dari Anas Radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan sempurna keimanan seseorang sampai aku menjadi orang yang lebih ia cintai dari anaknya, orang tuanya, dan semua manusa” (HR. Bukhari dan Muslim).
Nikmat Keimanan
Ibnu Taimiyah menjelaskan: adapun sebab kita harus lebih mencintai dan mengagungkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dibanding siapapun adalah karena kebaikan yang paling agung yang bisa kita rasakan di dunia saat ini maupun di akhirat nanti tidak akan bisa tergapai oleh kita kecuali dengan sebab Nabi, yaitu dengan cara mengimani dan mengikutinya.
Dan juga seseorang tidak terhindar dari adzab dan tidak juga bisa mendapatkan rahmat Allah kecuali dengan perantara beliau dengan cara mengimaninya, mencintainya, membelanya, dan mengikutinya. Dan beliaulah yang menjadi sebab Allah menyelamatkan kita dari adzab dunia dan akhirat. Dan beliaulah yang menjadi perantara untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.
Maka termasuk nikmat yang paling besar dan paling bermanfaat adalah nikmat keimanan. Dan nikmat tersebut tidak akan bisa kita peroleh kecuali melalui perantara beliau. Oleh karena itu, diutusnya nabi lebih bermanfaat dibanding diri kita sendiri dan harta kita. Maka siapapun yang Allah keluarkan dari kegelapan menuju cahaya yang terang-benderang. Tidak ada jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah selain melalui jalan yang beliau ajarkan.
Adapun diri seseorang dan keluarganya, tidak memiliki kuasa apapun untuk menyelamatkan diri (jika tanpa sebab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam) di hadapan Allah Ta’ala (Majmu’ Fatawa).
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, kita bisa menarik kesimpulan:
- Bahwa Iman adalah syarat diterimanya amal shalih dan kebermanfaatan amal shalih tadi bagi kita di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (artinya), “Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS.An Nahl: 97).
- Adapun taat kepada Rasul, termasuk bentuk ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, juga merupakan salah satu akhlak yang luhur kepada Allah juga Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Begitu juga dengan mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bentuk berakhlak mulia kepada Rasul dan bukti kesempurnaan Iman seseorang.
Demikian info serba serbi tentang Berakhlak Mulia Pada Rasulullah, semoga Kita tergolong orang yang paling berakhlak, baik kepada Allah dan Rasul-Nya, maupun kepada sesama makhluk Allah, dan kita tergolong orang yang mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Aamiin
Referensi :
- Parangeni Muhammad Lubis
- Jasa Pasang Banner
