Pembahasan kita kali ini ialah [permalink]Alakatak kuliner khas Sukoharjo yang dirindukan[/permalink]. Sebuah bungkusan kecil seukuran telapak tangan diletakkan di atas piring saji. Bungkusan dari daun jati itu tampak meninggalkan kesan jadul juga sederhana, sekaligus mencipta rasa penasaran.
Alakatak Kuliner Khas Sukoharjo
Saat dibuka, dua potong tempe benguk dan mi pentil berwarna kuning akan menggugah selera. Rasa kudapan itu memang tidak begitu akrab di syaraf-syaraf indera perasa. Namun, bagi orang-orang yang menyukai sensasi cita rasa panganan khas rakyat, pasti akan merindukan Tempe Alakatak, makanan khas Weru, Sukoarjo, Jawa Tengah itu di lain waktu.
Tidak ada yang tahu pasti kapan dan bagaimana Alakatak bisa hadir di tengah-tengah masyarakat Sukoharjo, khususnya warga Weru. Panganan ini demikian menyita perhatian karena bentuknya yang mungil dan juga sederhana. Masyarakat hanya tahu, bahwa panganan ini merupakan salah satu aset tradisi yang masih dijaga hingga saat ini. Uniknya, kudapan yang satu ini tidak akan bisa ditemukan di tempat lain. Karena tidak sembarangan orang mampu meracik bumbu dan bahan-bahan penyusun Alakatak kuliner khas Sukoharjo.
Melihat dari namanya, orang-orang yang berada di luar wilayah Weru pasti akan dibuat penasaran, terlebih karena makanan ini dibungkus dengan daun jati. Alasan dipilihnya daun jati sebagai pembungkus kudapan ini juga belum ditemukan hingga detik ini. Kemungkinan besar adalah untuk menghilangkan aroma yang kurang sedap dari tempe olahan berbahan baku koro benguk.
Seperti yang selama ini diketahui, rasa tempe olahan berbahan dasar benguk memiliki cita rasa yang tidak seramah tempe kedelai. Oleh karena itu, pada sajian alakatak, benguk disajikan bersama mi pentil yang terbuat dari singkong atau tepung kanji.
Ketika syaraf-syaraf indera perasa bersentuhan dengan tekstur makanan ini, maka akan mendapatkan kesan lembut pada koro benguk dan kenyal pada mi pentil. Perpaduan dua tekstur makanan penyusun alakatak kuliner khas Sukoharjo ini akan menimbulkan kerinduan yang dalam. Terlebih bagi para wisatawan yang baru kali pertama mengunjungi Sukoharjo.
Proses Pembuatan Alakatak Khas Sukoharjo
Meski terlihat sederhana, pembuatan alakatak kuliner khas Sukoharjo ini tidak semudah yang dipikirkan. Proses pengolahan tempe alakatak memakan waktu berhari-hari.
Pertama, koro benguk direbus hingga matang, lalu direndam selama tiga hari lamanya. Setelah direndam, benguk dikukus hingga beberapa lama. Setelah dirasa sudah bertekstur pas, benguk ditumbuk hingga halus. Aroma benguk yang kuat akan tercium setelah mengalami proses penumbukan. Setelah itu, benguk yang telah dihaluskan dibungkus menggunakan daun jati atau daun pisang dengan ukuran kecil dan dibiarkan satu hari lamanya.
Proses ini belum berhenti sampai di sini, karena akan masuk tahapan memberi bumbu pada tempe benguk untuk dapat dinikmati sebagai alakatak kuliner khas Sukoharjo.
Setelah tempe benguk jadi, selanjutnya ia dimasukkan ke dalam bumbu yang terbuat dari kunir atau kunyit, parutan kelapa, ketumbar, kemiri, daun salam, daun jeruk dan laos. Semua bumbu ini dimasak menggunakan santan dan ketika sudah mendidih, tempe pun siap dimasukkan. Setelah lima belas menit memasukkan tempe ke dalam kuah santan alakatak ini, tempe pun diangkat. Disarankan untuk tidak terlalu lama atau sebentar dalam mencampurkan tempe benguk dengan kuah santan, karena akan mengubah cita rasa dari alakatak.
Selain tempe, alakatak juga tersusun dari mi pentil. Mi ini dibuat sebagai pelengkap benguk dalam sajian alakatak. Pertama-tama, tepung kanji dibuat adonan menggunakan air mendidih. Setelah itu, adonan dibuat pipih menggunakan botol atau paralon. Setelah berhasil memipihkan adonan, kemudian dirajang memanjang dengan lebar sekitar satu sentimeter. Hasil rajangan direbus hingga mengapung, dan ditiriskan serta diberi minyak.
Oleh-Oleh Alakatak Kuliner Khas Sukoharjo
Alakatak kuliner khas Sukoharjo biasanya dimakan bersama cabai agar menghilangkan rasa yang kurang akrab di lidah. Kudapan ini biasa dijajakan di pasar tradisional sekitar Weru, Sukohario, seperti Pasar Tawangkuno, Pasar Kelir, Pasar Manyaran dan Pasar Semin. Letak tempat asal panganan yang berdekatan dengan beberapa kabupaten seperti Gunungkidul dan Wonogiri membuat makanan ini juga bisa ditemui di beberapa wilayah tersebut.
Pedagang biasanya menjualnya dari pagi hingga pukul 10.00 WIB. Peracikan alakatak biasanya dilakukan di depan pelanggan setelah lapak dibuka. Harganya pun terjangkau, yakni Rp 500,00 untuk sebungkus alakatak yang terdiri dari dua tempe dan mi pentil.
Meski tampil sederhana, Alakatak terbukti mampu melahirkan kerinduan bagi perantau maupun penikmat setianya. Bahkan tidak jarang, para perantau biasa membawa alakatak sebagai oleh-oleh saat mereka kembali ke tanah seberang. Dengan kata lain, kudapan mungil itu telah melalangbuana hingga ke pulau sebelah bersama dengan rindu yang dibawa penikmatnya. Si mungil yang dirindukan ini tampaknya siap menjadi primadona dari Sukoharjo? Melihat keunikan yang disajikannya, apakah kamu tertarik untuk mencoba?
https://www.youtube.com/watch?v=mT7uMWf4W-o
Demikian info mengenai Alakatak kuliner khas Sukoharjo yang dirindukan, kami harap postingan ini mencerahkan kawan-kawan semua. Tolong post wisata kuliner Sukoharjo ini dishare biar semakin banyak yang mendapat manfaat.
Referensi:
- Bernas
- Wisata Kuliner dari Sukoharjo
- Menjadi Travelpreneur Sukses