Topik kita sekarang yakni keutamaan memiliki rasa takut kepada Allah. Sahabat yang semoga dirahmati Allah, pernahkah merasa begitu mudahnya kita melanggar aturan Rabb kita? Begitu mudahnya hati ini menyepelekan maksiat yang kita lakukan. “Toh, Allah Maha Pengampun”.
Begitu pikir kita untuk terus merasa aman dalam kedurhakaan. Berpikir kesempatan bertobat masih lama, sedang pintu neraka semakin terbuka. Hati tetap merasa tentram, padahal kain kafan kita sedang dianyam. Semua, semua itu karena sedikitnya rasa takut kita kepada Allah.
Keutamaan Memiliki Rasa Takut kepada Allah
Rasa takut kepada Allah merupakan salah satu bentuk amalan hati seorang hamba kepada Rabb-nya. Suatu hal yang menyedihkan dan pantas menjadi renungan bagi kita, bahwa masih begitu banyak dari kita yang memberi perhatian besar terhadap amalan-amalan zhahir (amalan lahiriah), tetapi ternyata lalai dari amalan hati.
Padahal, amalan hati adalah penentu bagi amalan zhahir. Diterima tidaknya amal dan besar kecilnya pahala yang kita peroleh dari amalan zhahir sangat ditentukan oleh amalan hati. Rasulullah bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati.” (HR. Muslim).
Syaikhullslam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Sesungguhnya amalan-amalan zhahir (lahiriah) menjadi besar atau kecil nilainya tergantung apa yang ada di dalam hati, dan apa yang ada di hati bertingkat-tingkat. Tidak ada yang mengetahui tingkatan-tingkatan keimanan dalam hati manusia kecuali Allah Ta’ala” (Minhaajus Sunnoh, 6/137)
Allah Ta’ala pun mengangkat derajat para sahabat radhiyallahu’anhum dengan sebab amalan-amalan hati mereka. Amalan zhahir mereka yang luar biasa memang bisa ditiru oleh generasi setelahnya. Akan tetapi, Allah tetap jadikan mereka istimewa, karena orang-orang yang datang setelah para sahabat tidak akan mampu menyamai amalan hati dan keimanan mereka.
Imam Abu Bakar bin ‘Ayyaasy (seorang ulama generasi tabi’in) rahimahullah mengatakan, “Tidaklah Abu Bakar mengungguli para sahabat yang lain dengan banyaknya shalat dan puasa, tetapi karena sesuatu yang terpatri kokoh di dalam hatinya.” (Miftah Daris Sa’adah, 1/82)
Rasa Takut kepada Allah Sifat Seorang yang Bertakwa
Rasa takut kepada Allah adalah sifat seorang yang bertakwa. Bahkan, hal tersebut merupakan bukti keimanan mereka kepada Allah Ta’ala. Allah telah sifati hambahambanya yang mulia, yaitu para Nabi ‘alaihimus salam, sebagai orang-orang yang senantiasa berdoa dengan rasa harap dan takut.
Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya mereka adalah orangorang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami” (QS. Al Anbiya : 90)
Semakin Berilmu, Semakin Takut Kepada-Nya
Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambo-hamba-Nya, hanyalah para ulama” (QS.Fathir: 28)
Syaikh Dr. ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad As-Sadhan hafizhahullah mengatakan,” (Di dalam ayat ini) Allah Ta’ala mengkhususkan dan menyifati para ulama dengan rasa takut kepada-Nya, karena mereka adalah orang yang paling mengenal Allah. Semakin besar pengenalan seorang hamba kepada Rabbnya, semakin besar raja’ (rasa harap) dan khauf (rasa takut) dia kepada Allah. (Ma ’alim fi Thariq Thalabi al-‘llmi, hal. 13).
Rasa takut kepada Allah muncul dari sikap ma’ritatullah (mengenal Allah) yang mendalam. Seseorang yang berani bermaksiat kepada Allah, tidak lain disebabkan oleh minimnya rasa takut kepada Allah, dan hal tersebut tidak lain disebabkan kurangnya ilmu agama dan ma’rifatullah.
Demikian info perihal keutamaan memiliki rasa takut kepada Allah, semoga postingan kali ini mencerahkan Anda. Mohon postingan ini dibagikan agar semakin banyak yang mendapat manfaat.
Referensi:
- Bagas Prasetya Fazri (Alumni Ma’had al-Ilmi Yogyakarta)
- Serba Serbi Ilmu